Makassar, KabarIndonesia – Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Forum Mahasiswa Pascasarjana se Indonesia (Forum Wacana Indonesia) telah resmi ditutup di rumah jabatan (Baruga Sangiasseri) Gubernur Sulawesi Selatan, sekaligus ramah tamah antara peserta Rakernas dengan Gubernur Sul-Sel pada minggu malam (18/3). Namun demikian, pelaksanaan Rakernas IV tetap dikritisi Muslimin B. Putra dari Forum Wacana UI, Jakarta. Menurutnya, Forum Wacana Indonesia (FWI) selama ini hanya terjebak dalam kegiatan seremonial, dari seminar ke seminar tanpa mampu menghasilkan agenda kerja dan program strategis yang bisa menjadi platform perjuangan organisasi mahasiswa pascasarjana di Indonesia.
Muslimin B. Putra yang pernah aktif pada kepengurusan Forum Wacana Indonesia periode 2004-2006 merasakan lesunya spirit perjuangan karena ketiadaan platform perjuangan organisasi. Muslimin B. Putra menambahkan, kehadiran Forum Wacana Indonesia yang dimotori oleh aktifis-aktifis dari Forum Wacana UI tidak bisa dilepaskan dari konteks gerakan reformasi pada 1998 sehingga spirit perjuangan FWI harus bernuansa reformasi.
Muslimin B. Putra, jebolan pascasarjana Program Studi Ilmu Administrasi (PSIA) UI ini menilai, bila model kepemimpinan FWI dibawah kendali Laode Abdul Wahab sama dengan model kepemimpinan periode sebelumnya yakni Reni Marlinawati yang sama-sama dari Forum Wacana Universitas Negeri Jakarta (UNJ), maka FWI hanya kelihatan aktifitasnya pada saat Munas dan Rakernas, setelah itu vakum.
Muslimin B. Putra, cendekiawan muda dari Makassar ini hadir di hari pertama pelaksanaan Seminar dan Rakernas IV di Hotel Singgasana Makassar yang berlangsung 17-18 Maret 2007 mengharapkan agar kepengurusan sekarang (2006-2008) dapat merumuskan program kerja dan agenda aksi nyata. Salah satu isu strategis yang bisa dilakukan adalah advokasi RUU Badan Hukum Pendidikan (RUU BHP) yang spiritnya privatisasi dan komersialisasi lembaga penyelenggara pendidikan.
Menurutnya, ada skenario komersialisi pendidikan untuk melemahkan SDM Indonesia dalam konteks global karena nantinya tidak semua warga Negara akan dapat menikmati pendidikan. Bila pendidikan rakyat rendah daya saingnya karena biaya pendidikan mahal, maka Indonesia akan terus terjebak dalam kolonialisasi modern yang sekarang masih dan terus berlangsung. Ketergantungan Indonesia pada Negara-negara maju (G7) sekarang akibat langsung dari kolonisasi modern tersebut(prm).